A. SINTESIS ANTAR MATERI
Pemikiran besar yang dilahirkan dari buah karya Ki hajar Dewantara sangat melegenda dibenak msyarakat indonesia. Beliau mencetuskan semboyan Ing Ngarso Sung Tulodho (
Pemikiran besar yang dilahirkan dari buah karya Ki Hajar Dewantara
sangat melegenda di benak masyarakat Indonesia. Beliau mencetuskan semboyan Ing
ngarso sung tulodho (di depan memberi teladan), ing madya mangun karso (di
tengah membangun semangat, kemauan), dan tut wuri handayani (di belakang
memberi dorongan) yang kini menjadi insiprasi besar bagi kalangan guru dalam
dunia pendidikan.
Bahkan, jika kita kontemplasi dengan penuh renungan makna, maka semboyan
legendaris tersebut lahir dari rentetan pemikiran beliau dalam upaya memajukan
pendidikan bagi bangsa Indonesia. Pemikiran Ki Hajar Dewantara yang begitu
melekat yaitu dipaparkan sebagai berikut:
1. Menuntun segala kodrat yang ada pada
anak-anak sehingga anak dapat mencapai titik keselamatan dan kebahagian yang
setinggi - tingginya. Dalam hal ini menuntun bukan pada kodrat dasarnya tapi
menuntun untuk memperbaiki tingkah lakunya.
2. Dalam menuntun ini, pendidik diibaratkan
petani yang menanam padi. Dalam menanam padi menjadi beras yang unggul petani
akan memiliki berbagai cara dan akan sabar mengurusnya.Sama halnya dengan
pendidik dalam kegiatan pembelajaran guru harus memiliki banyak cara ,bersabar
dan ikhlas untuk dapat menghasilkan generasi atau anak yang baik.
3. Pendidikan yang berupaya memenuhi kodrat
kebutuhan tumbuh kembang anak.Sesuai dengan pemikiran Ki Hajar Dewantar Bahwa
yaitu " Menghamba pada anak " Pokoknya pendidikan harus terletak di
dalam pangkuan ibu bapak karena hanya dua orang inilah yang dapat
"berhamba pada sang anak" dengan semurni-murninya dan se-ikhlas-ikhlasnya,
sebab cinta kasihnya kepada anak-anaknya boleh dibilang cinta kasih tak
terbatas (Karya Ki Hajar Dewantara, Pendidikan, halaman 382) .Menghamba ini
bukan berarti dapat diperlakukan semena- menanya ,tapi pendidikan harus
berorientsi pada kebutuhan anak sehingga anak dapat berkembang sesuai dengan
minat dan bakatmya.
4. Budi pekerti, atau watak atau karakter
merupakan perpaduan antara gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau kemauan
sehingga menimbulkan tenaga/semangat.Budi pekerti yang dimaksud adalah bahwa
pendidikan bisa memanusikan manusia menuju perbuatan yang baik.
5. Bermain merupakan kodrat anak. menurut KHD,
Permainan anak itulah pendidikan. Ki Hajar Dewantara (Pendidikan, halaman 241).
Dalam hal ini pendidik harus memahami bahwa kodrat anak adalah bermain sehingga
pembelajaran bisa diintegraskan dengan bermain sambil belajar atau belajar
sambil bermain.
Menurut Ki Hajar Dewantara pendidikan
merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD
memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka
pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat
menjadi ruang berlatih dan bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat
diteruskan atau diwariskan. KHD juga mengingatkan bahwa dalam menuntun
kodrat anak harus disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Kodrat alam
adalah lingkungan alam tempat peserta didik berada baik itu kultur budaya
maupun kondisi alam geografisnya. Sedangkan kodrat zaman adalah perubahan dari
waktu ke waktu. Bila melihat dari kodrat zaman saat ini, pendidikan global
menekankan pada kemampuan anak untuk memiliki Keterampilan Abad 21 dengan
melihat kodrat anak Indonesia sesungguhnya. KHD mengingatkan juga bahwa
pengaruh dari luar tetap harus disaring dengan tetap mengutamakan kearifan
lokal budaya Indonesia. Oleh sebab itu, isi dan irama yang dimaksudkan oleh KHD
adalah muatan atau konten pengetahuan yang diadopsi sejatinya tidak
bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. KHD menegaskan juga bahwa didiklah
anak-anak dengan cara yang sesuai dengan tuntutan alam dan zamannya sendiri.
Dasar pendidikan selanjutnya yaitu Budi
Pekerti. Menurut KHD, budi pekerti adalah perpaduan harmonis antara pikiran,
perasaan, dan kehendak atau kemauan sehingga menimbulkan tenaga/semangat. Hal
ini menjadi salah satu aspek penting yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan
pendidikan. Budi pekerti merupakan modal dasar kebahagiaan yang
berperi-kemanusiaan. Budi pekerti merupakan kunci untuk mencapai keselarasan
dan keseimbangan hidup (harmoni).Selanjutnya, menurut KHD, Permainan anak
itulah pendidikan. Ki Hajar Dewantara (Pendidikan, halaman 241). Dalam hal ini
pendidik harus memahami bahwa kodrat anak adalah bermain. Melalui permainan,
pendidik dapat menuntuk tumbuh kembangnya kodrat anak dan mengembangkan budi
pekerti anak. Bermain dapat diintegrasikan sebagai bagian dalam pembelajaran di
sekolah.
Pendidikan haruslah berpihak pada murid.
Pendidik harus menghamba pada Sang Anak, lebih mementingkan Sang Anak daripada karirnya
sendiri. Segala sesuatu yang pendidik lakukan ikhlas dan berpusat pada anak.
Pendidik dengan niat ikhlas dan suci hati, terlepas dari segala ikatan berniat
menghamba pada Sang Anak. Ada pepatah mengatakan : "wahai pendidik,
gantungkanlah masalah pribadimu di gagang pintu rumahmu ketika kau akan menemui
murid-muridmu."
Merdeka belajar memberikan
kebebasan kepada anak untuk berekpresi, berinovasi, berkarya dan berkolaborasi,
tanpa paksaan dan ancaman hukuman. "Ganjaran dan hukuman itu tidak
diberikan, untuk menjaga jangan sampai anak biasa bertenaga hanya kalau ada
untung (ganjaran) atau hanya karena takut akan mendapat hukuman." Ki
Hadjar Dewantara (Pendidikan, halaman 399 -- 400). Anak-anak rusak budi
pekertinya, disebabkan selalu hidup dibawah paksaan dan hukuman, Ki Hajar
Dewantara (Pendidikan, halaman 13) Peran pendidik menuntun kebebasan anak
tersebut untuk mencapai kebahagiaan lahir batin dan keselamatan anak sesuai
dengan kodratnya masing-masing. Dalam merdeka belajar, setiap guru adalah murid
dan setiap murid adalah guru. Pendidikan dapat diperoleh dimana saja, kapan
saja dan dari siapa saja. Sekolah bukan satu-satunya tempat untuk memperoleh
pendidikan. Setiap rumah adalah sekolah, setia[ sekolah adalah rumah, bahkan di
jalan atau di hutan sekalipun kita dapat belajar sesuai kodrat. Pendidikan
tidaklah terbatas "hanya" oleh dinding-dinding kelas yang selama ini
kita lihat.
B. REFLEKSI MANDIRI
Selanjutnya, terkait dengan pemikiran saya
setelah memahami dan merefleksikan pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, ada
beberapa hal yang menjadi poin pokok refleksi tersebut, diantaranya :
1. Apa yang saya percaya tentang
murid dan pembelajaran di kelas sebelum saya mempelajari modul 1.1?
Awalnya saya memperlakukan siswa seperti
burung dalam sangkar. Artinya siswa cukup melaksanakan pembelajaran di dalam
kelas bersama guru. Semua telah diatur sedemikian rupa sesuai dengan target
kurikulum. Semua terjadwal. Menu makanan ditentukan oleh pemiliki burung,
artinya menu pembelajaran telah diatur oleh guru. Mula-mula memang saya
meyakini bahwa siswa adalah kertas kosong yang harus dijejali dengan ilmu
pengetahuan. Tugas guru adalah untuk mentransfer pengetahuan. Apa yang guru
ketahui diberikan kepada peserta didik sebagai suatu paket ilmu pengetahuan
yang sesuai dengan tuntutan kurikulum. Pembelajaran adalah proses membuat
peserta didik aktif. Awalnya saya percaya campur tangan yang dominan dari guru
adalah suatu keharusan. Pembelajaran terpusat pada peran guru sebagai pendidik
sangat dominan. Pembelajaran adalah kegiatan belajar mengajar di dalam ruang
kelas, karena biasanya pembelajaran di luar kelas dilakukan oleh guru olahraga
di sekolah saya. Saya lebih terfokus ke tuntutan kompetensi yang diamanatkan
dalam kurikulum dan cenderung melaksanakan pembelajaran sesuai apa yang
tertulis dalam kurikulum.
2. Apa yang berubah dari pemikiran
atau perilaku saya setelah mempelajari modul ini?
Pemikiran saya berubah setelah mempelajari
filosofi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Ternyata, anak tidak boleh
diperlakukan seperti seekor burung dalam sangkar. Pemikiran-pemikiran beliau
mencerahkan pemahaman yang selama ini saya yakini. Namun, anak harus
diperlakukan seolah olah seperti burung di luar sangkar. Siswa harus diberi
kebebasan berinteraksi dengan sumber belajar yang beragam. Anak boleh cari
makanan di ladang, sawah, sungai, hutan, dan lain sebagainya. Artinya, anak
tidak boleh bergantung pada buku pegangan siswa atau guru. Namun, siswa diberi
dorongan untuk gemar mencari pengetahuan seluas luasnya sesuai kodrat anak.
Anak bukanlah kertas kosong. Anak ibarat
kertas buram yang sudah terisi. Isinya adalah kodrat anak. Tugas kita sebagai
guru adalah menuntun dan merawat anak sesuai dengan kodratnya. Pendidikan
bukanlah sekedar transfer ilmu pengetahuan, tapi harus dapat membuat anak
memahami dunianya dan dapat memanfaatkan pemahaman tersebut untuk kebahagiaan
hidupnya. Pembelajaran tidaklah statis, namun dinamis. Perubahan-perubahan
disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Dalam hal ini, pembelajaran
harus berorientasi kepada peserta didik sesuai dengan kodrat keadaan namun
tetap harus memperhatikan ketercapaian kurikulum nasional. Pembelajaran yang
berorientasi kepada peserta didik adalah pembelajaran yang menjadikan peserta
didik sebagai pusat pembelajaran. Guru dengan ikhlas hati menghamba kepada
peserta didik. Pembelajaran tidak terbatas di ruang-ruang kelas, terhalang
tembok, terkurung dalam suatu ruangan balok. Pembelajaran bisa dilakukan
dimanapun sesuai dengan konteksnya. Setiap tempat adalah sekolah. Keluarga,
masyarakat, lingkungan alam adalah sekolah. Pendidikan harus mampu
memvariasikan pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas.
3. Apa yang bisa segera saya terapkan
lebih baik agar kelas saya mencerminkan pemikiran KHD?
Ada beberapa hal yang bisa saya segera saya
terapkan, agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hajar Dewantara,
diantaranya:
· a. Saya akan meningkatkan kredibilitas saya (perilaku yang
diteladani) serta kedisiplinan waktu dalam pelayanan kepada siswa sebagai
suritauladan.
·
b. Pembelajaran dirancang bukan hanya sebatas di kelas semata.
Namun, siswa didorong untuk banyak berinteraksi pula dengan lingkungan sekitar.
·
c. Memperkokoh basis pendidikan karakter dalam setiap proses
pembelajaran guna menumbuhkan dan mengembangkna budi pekerti anak
·
d. Setiap penguatan tugas pembelajaran akan dikaitkan dengan
kebutuhan dan minat setiap siswa.
·
e. Selalu berkomunikasi dengan rekan guru, kepala sekolah, orang
tua, dan stakeholder yang dipandang perlu, guna pengembangan kualitas
pembelajaran anak yang berpusat pada kebutuhan anak